Cuplikan bab 1:
Di luar kota Ganboenkwan, daerah yang luasnya seratus lie adalah daerah kosong, atau no man's land. Di dalam kota Ganboenkwan berdiam pasukan perang Kerajaan Beng, dan di pihak sana, di luar kota, ada tentara bangsa Mongolia, ialah rombongan suku bangsa Watzu.
Selama tahun-tahun permulaan dari Kaisar Eng Tjong dari Kerajaan Beng - belum lewat empat puluh tahun dari wafatnya Beng Thaytjouw Tjoe Goan Tjiang, kaizar pendiri dari Ahala Beng itu - bangsa Mongolia di Barat utara mulai bangkit bangun pula, dan rombongan suku Watzu adalah yang terkuat. Rombongan ini setiap tahun maju dengan perlahan-lahan, sampai ditahun Tjongtong ke-3 - tahun Kaisar Eng Tjong itu tentaranya telah mendekati kota Ganboenkwan. Demikian terjadilah daerah yang kosong itu.
Pada, suatu magrib, selagi angin Barat meniup dengan kerasnya, hingga pasir kuning dan daun-daun rontok berterbangan, sedangnya kelenengan-kelenengan kuda bersuara bercampur baur dengan suaranya terompet huchia dari orang Mongolia, maka di daerah kosong itu, ialah di jalan pegunungan di dalam selat, sebuah kereta keledai asyik lewat dengan kencangnya.
Kereta itu diiringi satu penunggang kuda - seorang usia pertengahan yang menggendong kantong busur pada bebokongnya dan pada pingangnya tergantung sebatang pedang. Sering sekali pengiring ini berpaling ke belakang.
Selagi angin bertiup keras, bercampur dengan suara ringkikan kuda yang tak hentinya dan suara beradunya senjata-senjata tajam, tiba-tiba terdengar satu seruan panjang dan hebat, lalu setelah itu - dengan laratnya sang kereta keledai - suara berisik itu perlahan-lahan berubah menjadi kesunyian.
Dari dalam kereta, seorang tua menyingkap tenda, memperlihatkan kepalanya dengan rambut ubanan semua.
.....Download : Dua Musuh Turunan-3 Jilid
[Bahasa : Indonesia, format : digibook]
0 komentar:
Posting Komentar