Cuplikan bab 1:
Suara tertawanya sekawanan anak nakal telah memecahkan kesunyian suatu dusun pegunungan.
Pesta Goan-siauw (Tjapgomeh) baru lewat tiga hari, tapi sang bunga sudah mekar di seluruh lembah. Entah gunung Tjouwlay san yang menahan angin utara barat, entah musim semi memangnya datang terlalu siang, tapi kenyataannya adalah daerah pegunungan itu seakan-akan sudah ditutup dengan rangkaian bunga yang beraneka warna. Tjouwlay san terletak di propinsi Shoatang, sebelah utara Sungai Besar (Tiangkang), akan tetapi keadaannya pada waktu itu adalah seperti suasana dalam musim semi di daerah Kanglam (sebelah selatan Sungai Besar).
Di sana-sini orang dapat melihat beberapa rumah penduduk yang bersembunyi di antara pohon-pohon yang rindang daunnya. Di luar dusun, di sebidang tanah yang agak datar, terdapat satu empang besar, entah milik siapa.
Kawanan anak nakal itu sedang bermain-main di pinggir empang, dengan disoroti oleh matahari lohor yang hawanya hangat. Ada yang sedang menangkap kutu-kutu kecil tanpa memakai baju, ada yang berlari-lari main petak dan sebagainya.
Di antara mereka terdapat seorang anak yang macamnya agak luar biasa. Anak itu berusia kira-kira dua belas tahun, mukanya yang hitam agak berminyak di bawah sinar matahari, kedua kakinya yang telanjang memperlihatkan urat-urat yang berwarna hijau, badannya tegap, sedang paras mukanya yang seperti jagoan memberi kesan bahwa dia itu adalah pemimpin dari kawan-kawannya.
Mendadak ia membuka baju. "Hei!" ia berseru. "Siapa berani turut aku turun ke empang menangkap ikan?"
.....[Bahasa : Indonesia, format : digibook]
0 komentar:
Posting Komentar